Cloud computing, komputasi awan di dunia maya
Kebanyakan kerja komputasi yang terpenting saat ini dapat dilakukan
dari web browser. Tidak percaya? Yang paling jelas tentu browsing itu
sendiri. Berselancar di Internet bagi banyak orang saat ini sudah
menjadi kebutuhan. Sebagian orang malah menghabiskan waktunya di
komputer dengan menjelajahi jaringan web.
Bagi mereka komputer tak hanya identik dengan Internet, tapi juga
dengan web. Namun saat ini browser juga digunakan sebagai jendela untuk
kerja komputasi yang dulunya menggunakan aplikasi terpisah. Dengan
demikian saat ini kita bisa hanya memasang browser di komputer, dan
melakukan hampir semua pekerjaan dari sana.
Dengan cara ini baik data maupun proses komputasi lebih banyak bertumpu
di server, yang biasanya terpisah dan tidak terjangkau secara fisik
oleh pengguna. Mode komputasi seperti ini kadang disebut sebagai
komputasi di awan (cloud computing).
Bermula dari e-mail
Ambil contoh saja aplikasi surat elektronik alias e-mail. Mungkin cukup
banyak di antara kita yang berkenalan dengan surat elektronik lewat
layanan gratis seperti Hotmail dan Yahoo Mail. Layanan e-mail gratis ini
umumnya menggunakan antarmuka berbasis web. Bagi orang-orang seperti
ini e-mail agak sulit dipisahkan dari web.
Padahal secara historis client e-mail berbasis web baru muncul
belakangan. E-mail sudah lahir jauh sebelum web ada, dan client e-mail
khusus seperti Microsoft Outlook Express atau Mozilla Thunderbird sudah
merupakan hal yang jamak. Namun bagi yang berkenalan dengan surat
elektronik melalui layanan webmail, client e-mail yang tidak
menggunakan browser masih merupakan hal baru, asing dan canggung untuk
digunakan.
Sebagai contoh penulis menemukan masih banyak orang gagap menggunakan
aplikasi e-mail pada ponsel mereka, dan lebih nyaman membuka browser
ponsel untuk mengakses antarmuka web bila ada.
Padahal bila mereka sudah biasa menyetel dan memakai aplikasi serupa di
komputer, mereka itu akan menjadi hal biasa saja. Selain e-mail
beberapa layanan Internet lainnya juga dapat digunakan melalui browser.
Contohnya adalah Internet Relay Chat (IRC).
Kebanyakan pengguna IRC mungkin lebih nyaman berbincang-bincang di
kanal IRC dengan client khusus seperti mIRC. Namun meski relative
kurang populer sebenarnya ada layanan IRC berbasis web.
Yang lebih banyak digunakan dan lebih populer akhir-akhir ini mungkin adalah pesan instan (instant messaging).
Seperti IRC, pesan instan pada umumnya juga digunakan dengan client
khusus. Akan tetapi sekarang antarmuka berbasis web juga sudah tersedia,
dan bagi sebagian orang mungkin lebih menyukainya.
Masalahnya, berbeda dengan IRC yang punya protokol yang terbakukan,
dunia pesan instan terpecah-pecah menjadi beberapa belahan sesuai dengan
penyedia jasa pesan instan.
AIM populer di Amerika Serikat, sedangkan di bagian dunia lain umumnya
orang menggunakan MSN atau Yahoo. Karena perbedaan itu tidak ada
jaminan bila kita meminjam komputer orang lain (baik punya teman, atau
di warung Internet) client pesan instan favorit kita terpasang.
Tidak seperti browser. Dengan antarmuka berbasis web tak perlu
repot-repot memasang client khusus. Cukup buka browser, ketikkan URL
yang sesuai dan kita pun sudah dapat mengobrol.
Multimedia & kantoran
Sampai sejauh ini semua contoh aplikasi yang sudah dikemukakan, seperti
e-mail, IRC dan pesan instan, seperti web sendiri, memang berorientasi
pada Internet. Oleh karena itu mungkin logis saja semuanya
ditumpangkan pada satu aplikasi. Toh bagi banyak orang 'Internet'
identik dengan web.
Namun, bagaimana dengan aplikasi lain yang secara tradisional
dilakukan secara offline? Beberapa perusahaan seperti Yahoo dan Google
saat ini agresif mengembangkan alternatif online.
Dua contoh yang patut disebut adalah multimedia dan aplikasi kantoran
(seperti pengolah kata, lembar kerja, dan presentasi). Mendengarkan
lagu-lagu dari Internet sudah tak asing lagi, dan dengan bantuan plugin
khusus browser dapat digunakan untuk mendengarkan lagu-lagu.
Kenyataannya streaming musik dan 'radio Internet' sudah cukup lama
dikenal.
Namun, umumnya ini masih menggunakan aplikasi pemutar musik seperti Winamp, Windows Media Player ataupun iTunes.
Kemunculan layanan video streaming YouTube menyadarkan kita bahwa
browser bisa jadi platform multimedia yang patut mendapat perhatian
serius. Ini tak lepas dari matangnya teknologi Flash, yang mengubah
browser dari aplikasi yang pada awalnya berorientasi pada teks hingga
mampu menampung kandungan video dan suara.
Faktor lain yang turut menjadi pendorong adalah semakin terjangkaunya saluran Internet berkecepatan tinggi di banyak negara.
Bagaimanapun video streaming memerlukan pipa yang cukup lebar, dan
pipa yang sempit tidak akan mampu menanggung beban limpahan data
berukuran besar seperti streaming video.
Untuk aplikasi kantoran online seperti Google Docs AJAX (Asynchronous
Javascript and XML) menjadi penunjang cukup berarti. Teknologi ini
memungkinkan aplikasi web berperilaku seperti aplikasi offline
tradisional. Dengan aplikasi kantoran berbasis web kita dapat menulis
dokumen, membuat presentasi dan lembar kerja langsung di browser, tanpa
harus memasang aplikasi tambahan.
Bergeser ke server
Dari sisi pengguna, yang terlihat adalah menyatunya berbagai fungsi
dari aplikasi terpisah ke dalam browser. Namun, kalau kita melihat lebih
jauh lagi, kita dapat melihatpergeseran kerja komputasi itu sendiri.
Pada aplikasi desktop tradisional, kebanyakan kerja komputasi dan data
bertumpu pada komputer pribadi. Pada aplikasi berbasis web ini
berpindah pada server yang terpisah.
Pendekatan seperti ini punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Data
aplikasi yang bertumpu di server dapat diakses dari mana pun, asalkan
pengguna terhubung dengan jaringan Internet.
Dengan demikian misalnya pengguna dapat bekerja menggunakan komputer
sekolah menyimpan data, lalu melanjutkannya dari komputer rumah tanpa
perlu kelupaan membawa pulang data di dalam portable disk.
Cara ini juga lebih fleksibel, karena tidak perlu bergantung pada sistem operasi.
Dengan munculnya gadget yang memiliki browser web penuh seperti ponsel
model terakhir, kita nantinya mungkin tidak perlu bergantung pada
komputer lagi.
Kelebihan lain adalah keamanan data dari kehilangan. Ini sekilas terasa
aneh, karena dengan cara ini data kita serahkan pada pihak ketiga yang
sukar kita kendalikan. Namun, dari pengalaman penulis, menyimpan data
e-mail di jaringan Internet jauh lebih awet dan lebih mudah daripada
di dalam komputer sendiri.
Pada komputer pribadi kita harus meluangkan waktu untuk mem-backup buat
jaga-jaga bila komputer rusak, dan memindahkannya bila membeli
komputer baru. Ini tidak perlu dilakukan pada data e-mail seperti
Yahoo.
Di sisi lain aplikasi berbasis web (atau yang bergantung pada jaringan)
tidak akan dapat berfungsi bila tidak ada koneksi Internet. Buat
Indonesia yang penetrasi jaringan Internet masih belum mendalam ini
merupakan masalah besar.
Selain itu dengan alasan privasi banyak pula yang enggan menaruh datanya dalam server penyedia jasa Internet.
Beberapa jenis aplikasi online, seperti aplikasi kantoran, juga masih
kalah jauh dari segi fitur dan kemampuan daripada pesaingnya di ranah
desktop.
Konsekuensi
Maraknya aplikasi online (terutama yang berbasis web) dapat dilihat
dari sisi persaingan perusahaan Internet seperti Google dan Yahoo!
dengan penyedia peranti lunak yang lebih tradisional seperti Microsoft
dan Adobe-dan mungkin yang lain. Tidak berarti mereka tinggal diam.
Microsoft dan Adobe sudah menyediakan pula aplikasi online. Aplikasi
desktop tradisional rasanya tidak akan tergusur begitu saja. Namun, bisa
dilihat bahwa untuk perusahaan yang bersandar pada penjualan di
komputer desktop, ini agak mengkhawatirkan. Selain itu dengan pembakuan
pada web browser akan membuat sistem operasi, bahkan peranti yang
digunakan menjadi kurang relevan. Bila peranti tersebut punya browser
dengan kemampuan standar, aplikasi apa pun bisa dijalankan.
Sumber:http://www.artikel.abajadun.com
0 komentar:
Posting Komentar